sekapur sirih

aku adalah aku...
cahaya sekaligus arah bagi kehidupanku...
kematian adalah jalan sesaat menuju keabadian hidup sejati...

Saturday, February 26, 2011

Refleksi Pergerakan Mahasiswa Pasca Reformasi


Mahasiswa esensinya adalah Intelektual Muda yang senantiasa menjadi tonggak utama pergerakan. Sebagai Agent of Change, mahasiswa dituntut untuk berinteraksi dan bersinergi dengan organisasi yang dapat mewadahi pergerakannya atas dasar nilai yang selaras. Ketika mahasiswa berniat meluruskan dan megaplikasikan pemikiran kritis yng dimilikinya, maka organisasi secara terbuka siap mewadahi mereka.
Geliat pergerakan mahasiswa senantiasa berlangsung dinamis. Ada masanya ketika pergerakan riuh lantang menerkam penguasa, dan ada masanya pula ketika pergerakan diterkam membisu oleh penguasa. Ketika era reformasi berlangsung, terjadi banyak pergerakan yang dimaksudkan untuk mengentaskan rezim terdahulu. Namun yang terjadi belakangan ini, mahasiswa dinilai gagal mengawal reformasi. Praktik-praktik yang menyengsarakan rakyat justru semakin terang benderang dilakukan tanpa malu sedikitpun. Lucunya, pemberangusan hak rakyat untuk hidup sejahtera dikebiri bahkan terdapat banyak regulasi abu-abu yang sengaja disahkan demi melegalkan kepentingan golongan tertentu. Dimanakah peran mahasiswa saat ini ? tidak dipungkiri bahwa mahasiswa sekarang lebih condong melakukan pergerakan secara sendiri-sendiri sehingga mudah dipatahkan bahkan ditunggangi. Mahasiswa seakan terombang-ambing pada dunianya sendiri. Keinginan untuk merubah system dan perilaku penguasa terkadang hanya menjadi euphoria belaka yang bahkan miris untuk diimplementasikan. Sebagai intelektual muda, kelas real mahasiswa itu terletak pada kehidupan bermasyarakat. Pengabdian kepada masyarakat merupakan tupoksi utama bagi mahasiswa.
Secara khusus menyoroti jurusan ilmu hubungan internasional yang semakin hari semakin tergerus oleh euphoria global. Memang benar, ruang lingkup ilmu HI yang begitu luas secara tidak langsung membawa mahasiswanya bertatapan langsung dengan euphoria global. Tak pelak, hal ini memicu kita sebagai mahasiswa berbenturan keras dengan perilaku global yang liberal dan tidak peka terhadap kondisi kaum terbelakang. Namun jika ditelaah, justru hal ini merupakan tantangan bagi mahasiswa itu sendiri. Ketika mahasiswa telah mapan dalam menghayati, memahami dan mampu mengimplementasikan nilai yang dianutnya, ia dapat secara aktif membatasi diri dalam melakukan sesuatu yang berbau hedonism atau sesuatu yang sama sekali tidak bermanfaat bagi orang lain. Tidak perlu berbicara terlalu jauh tentang kehidupan, begitu indahnya hidup ketika mahasiswa sekarang ini memahami betul bahwa tugasnya bukan semata-mata belajar dan kuliah kilat dengan IP tinggi, namun esensinya adalah menjadi mahasiswa yang peka dan paham dalam mengelola hati dan pemikiran sehingga menjadi orang yang berguna bagi orang lain.
Paradigma berpikir mahasiswa seyogyanya dilandaskan pada nilai-nilai kemanusian, toleransi, kritis serta nilai keilahian dalam bingkai kekeluargaan sesuai dengan nilai yang dianut oleh HIMAHI yang mewadahi mahasiswa jurusan ilmu HI. HIMAHI menjadi pintu utama mahasiswa HI dalam menularkan kreatifitas sosial bagi masyarakat dan tentunya bagi dirinya sendiri. Minimnya animo mahasiswa saat ini dalam berhimpunan sebenarnya terletak pada kondisi mahasiswa itu sendiri. Ketika mahasiswa secara sadar memahami himpunan sebagai media pengembangan diri menuju manusia yang cerdas dan berkarakter, maka secara terbuka ia menerima himpunan sebagai keluarga. Namun mahasiswa HI khususnya lebih memilih untuk apatis terhadap hal tersebut, maka kampus dan himpunan layaknya shelter yang sering digunakan tatkala ingin berteduh dari hujan saja. “Cobalah bukan untuk menjadi sukses, melainkan menjadi orang yang bernilai”(Albert Einstein).

No comments: